Sebuahtafsir kontemporer yang memiliki ciri khas tersendiri dalam paparannya menafsirkan ayat-ayat Al-Quran. Memiliki tampilan unik dan berbeda dengan kitab lain secara menyeluruh. Adapun tafsir tahlili yakni dengan menjelaskan tafsir al-Qur'an secara terperinci mulai dari surat al-Fatihah hingga surat an-Nas.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. METODE TAFSIR TAHLILI Metode tahlili yang disebut juga metode tajzi'I adalah metode penafsiran al Quran yang berusaha menjelaskan al Quran dengan menguraikan berbagai seginya sesuai dengan urutan ayat-ayat al Quran dalam mushaf . metode ini adalah paling tua dan paling sering digunakan. Metode Tafsir Tahlili merupakan kecenderungan mayoritas dari karya-karya yang disusun sejak masa klasik hingga masa kini. Dalam metode ini penafsiran al-Quran dilakukan secara berurutan ayat demi ayat kemudian surat demi surat dari awal hingga akhir sesuai dengan susunan dalam mushaf. Tafsir ini menjelaskan al-Quran dari segi kosa kata dan lafazh, asbab nuzul, muhasabah, arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-unsur I'jaz, balaghah, dan keindahan susunan kalimat. Kemudian menjelaskan apa yang dapat diambil dari ayat yaitu hukum fiqih, dalil syar'I, norma-norma akhlak dan lain Ciri-Ciri tafsir dengan Metode TahliliCiri-Ciri tafsir dengan metode tahlili antara lain 1. Mengemukakan munasabah korelasi antara ayat atau surat2. Menjelaskan sebab-sebab turunya al-Quran3. Menganalisis lafadz atau mufrodat dengan sudut pandang kebahasaan/linguistic4. Memaparkan kandungan ayat serta maksudnya secara umum5. Menjelaskan hal-hal yang dapat disimpulkan dari ayat baik dari segi hukum, akhlaq, dll B. Kelebihan Metode Tahlili1. Mempunyai ruang lingkup yang luasTafsir metode tahlili memungkinkan mufassir membawanya kedalam duabentuk ma'tsur dan ra'yi. Bentuk ra'yi sendiri masih dapat dikembangakan menjadi berbagai corak penafsiran sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassirnya. 2. Memuat berbagai ide gagasanKarena keulasan ruang lingkupnya, mufassir pun relatif mempunyai kebebasan dalam mengajukan ide-ide dan gagasan-gagasan baru, Sehingga dapat dipastikan, pesatnya perkembangan tafsir metode tahlili disebabkan oleh kebebasan tersebut. C. Kelemahan Metode Tahli1. Menyebabkan petunjuk Al-Quran tampak parsialMetode tahlili memungkinkan mufassir memberi penafsiran yang berbeda pada satu ayat dengan ayat lain yang serupa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap ayat-ayat atau lafadz-lafadz yang serupa. Dalam metode tahlilijuga terdapat unsur ketidak konsistenan mufassir. Meski demikian ketidakkonsistenan ini merupakan konsekuensi logis dari penafsiran metode tahlili, karena dalam metode ini, mufassir tidak dibebani keharusan untuk mengomparasikan ayat dengan Melahirkan penafsiran subyektifTerbukanya pintu penafsiran yang lebar pada metode ini membuka peluang bagi penafsiran subyektif yang menegsampingkan kaidah-kaidah yang berlaku. Akibatnya, penafsiran menjadi kurang tepat, dan kaidah yang berlaku. Akibatnya , penafsiran menjadi kurang tepat, dan maksud ayat pun menjadi Membuka pintu masuk pemikiran israilyyatKeluasan ruang lingkup metode tahlili berimbas pada keleluasaan mufassir dalam mengajukan ide, gagasan, dan pemikiran tak terkecuali pemikiran israilyyat. D. Urgensi Metode TahliliMeskipun mengandung kekurangan, keberadaan metode tahlili telah memberikan sumbangan besar bagi pelestarian dan pengembangan khazanah intelektual islam. Khususnya di bidang tafsir Al-Quran. Berdasarkan fakta yang ada, metode ini telah melahirkan karya-karya besar dan monumental. Sehingga urgensitas metode ini harus metode tahlili menjelaskan kandungan Al-Quran dari berbagai segi, dapat dikatakan, metode tahlili lebih dapat diandalkan jika tujuan yang ingin dicapai adalah pemahaman yang luas pemahaman dalam berbagai aspek terhadap kandungan Al-Quran. Dengan kata lain urgensi metode tahlili terletak pada keberadaanya yang mampu memberi pemahaman lebih luas berbagai aspek disbanding dengan metode yang lain. Dari pembahasan di atas tentang metode Tafsir tahlili dapat disimpilkan bahwa metodi ini sangat penting untuk menafsirkan al quran karena metode ini berusaha menjelaskan ayat al quran secara terperinci sesuai dengan urutan ayat-ayat al quran dalam mushaf, serta termasuk juga metode yang paling tua. Pada dasarnya mempelajari al-Quran tidaklah sulit karena ada banyak cara beserta metode yang akan mempermudah kita untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang cara mempelajari ilmu-ilmu yang terkandung dalam al-Quran. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Namunpada ayat-ayat tertentu diberikan juga penafsiran yang agak luas, namun tidak seluas pembahasan pada tafsir tahlili. Kelebihan Metode Tafsir Ijmali. 1. Mudah dipahami tanpa berbelit-belit. Sesuai dengan sebutannya, tafsir ijmali merupakan penafsiran yang menafsirkan suatu ayat secara ringkas dan mudah dipahami oleh pembacanya. Selain itu juga pesan-pesan yang terkandung dalam tafsir ini, sangat mudah dipahami oleh pembaca. // Pengertian Tafsir Ijmali. 2. Bebas dari penafsiran isra`iliyyat
Salah satu cara atau metode memahami Al-Qur'an adalah dengan menggunakan metode tafsir ijmali. Dikutip dari berbagai sumber, berikut penjelasan tentang metode tafsir ijmali. A. Pengertian Tafsir Ijmali. Metode tafsir ijmali ialah menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang populer, mudah dipahami dan mudah dibaca. baca juga Musim Dingin, Amalkan Doa Ini Agar Dijauhkan dari Penyakit Doa Khusus untuk Melepas Lelah Bukan Hanya Babi, Ini Makanan Lain yang Diharamkan dalam Islam Sistematika penulisannya menurut susunan ayat-ayat di dalam mushaf. Penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur’an sehingga pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap mendengar al-Qur’an padahal yang didengarnya itu tafsirnya. B. Ciri-Ciri Metode Tafsir Ijmali. Ciri-ciri dari metode ini adalah mufassir menafsirkan al-Qur`an dari awal sampai akhir tanpa perbandingan muqarin dan penetapan judul maudu’i. Dalam metode ijmali tidak ada ruang untuk mengemukakan pendapat sendiri. Itulah sebabnya, kitab kitab tafsir ijmali tidak memberikan penafsiran secara rinci, tapi ringkas dan umum, sehingga seakan-akan kita masih membaca al-Qur`an padahal yang dibaca adalah tafsirnya. Namun pada ayat-ayat tertentu diberikan juga penafsiran yang agak luas, tetapi tidak seluas pembahasan pada tafsir tahlili. C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ijmali. Dalam kaitan ini metode ijmali dalam penafsiran al-Qur`an memiliki kelebihan. Diantaranya adalah sebagi berikut 1. Praktis dan mudah dipahami praktis tanpa berbelit-belit. Sesuai bagi yang ingin memperoleh pemahaman ayat-ayat al-Qur`an dalam waktu yang relatif singkat. 2. Bebas dari penafsiran isra`iliyyat, dikarenakan ringkasnya penafsiran. 3. Menggunakan bahasa yang singkat dan dekat dengan bahasa al-Qur`an. Karena mufassir langsung menjelaskan pengertian kata atau ayat dengan sinonimnya dan tidak mengemukakan ide-ide atau pendapatnya secara pribadi. D. Kelemahan Metode Ijmali. Kelemahan metode ini antara lain sebagai berikut 1. Kurang diperhatikan kaitan antara satu ayat dengan ayat-ayat yang lain. 2. Ruangan penafsiran terbatas untuk penjelasan yang memadai. E. Contoh Kitab Tafsir Ijmali. Contoh kitab tafsir ijmali adalah Tafsir al-Qur`an al-Karim karya Muhammad Farid Wajdi, dan at-Tafsir al-Wasit terbitan Majma’ al-Buhus al-Islamiyyah, dan Tafsir al-Jalalain karya Jalaluddin al-Suyuti dan Jalaluddin al-Mahalli serta Taj al-Tafasir. Demikian penjelasan tentang tafsir ijmali. Semoga bermanfaat.[]
Penelitimengambil tafsir ahkam ini karena dalam penguraian dan penjelasannya, al-'Uthaimin memiliki ciri khas yang berbeda dengan yang lain. jika dilihat dari judulnya, tafsir ini mengarah kepada tafsir ayat hukum/fiqh, tetapi pada hakikatnya tafsir ini bukan hanya memuat ayat-ayat hukum saja, melainkan seluruh ayat Alquran, sehingga menjadi
BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAl-Qur’an adalah kallamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat manusia agar bisa selamat di dunia dan di akhirat. Maka dari itu, kita sebagai umat manusia harus bisa memahami isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk bisa memahami isi kandungannya lahirlah ilmu tafsir menurut beberapa ulama dibagi menjadi empat macam yaitu, tafsir Tahlili, tafsir Ijmali, tafsir Muqaran, dan tafsir Mawdlu’i. Namun, yang akan kita bahas kali ini yaitu tentang tafsir Tahlili adalah ilmu tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an secara detail dari mulai ayat demi ayat, surat demi surat ditafsirkan secara berurutan, selain itu juga tafsir ini mengkaji Al-Qur’an dari semua segi dan maknanya. Tafsir ini juga lebih sering digunakan daripada tafsir-tafsir yang ulama membagi tafsir Tahlili menjadi beberapa macam yaitu, tafsir ma’tsur, tafsir ra’yi, tafsir Shufi, tafsir Fikih, tafsir Falsafi, tafsir Ilmi, dan tafsir Adab Al-Ijtima’i. Dan untuk lebih jelasnya tentang tafsir Tahlili akan dibahas pada bab Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan tafsir Tahlili?2. Bagaimana ciri-ciri dari tafsir Tahlili?3. Apa Contoh tafsir Tahlili?4. Apa keistimewaan dan kelemahan tafsir Tahlili?BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Tafsir Tahlili Tafsir Tahlili merupakan metode tafsir ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.[1] Selain itu, ada juga yang menyebutkan tafsir tahlili adalah tafsir yng mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dari segala segi dan maknanya. Seorang pengkaji dengan metode ini menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushhaf Utsmany. Untuk itu ia menguraikan kosa kata dan lafadz, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur i’jaz, balaghah dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang diistinbathkan dari ayat, yaitu hukum fikih, dalil syar’i, arti secara bahasa, norma-norma akhlak, aqidah atau tauhid, perintah, larangan, janji, ancaman, haqiqat, majaz, kinayah, dan isti’arah. Di samping itu juga mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan sesudahnya . Dengan demikian sebab nuzul ayat atau sebab-sebab turun ayat, Hadits-hadits Rosulloh SAW dan pendapat para sahabat dan tabi’in-tabi’in sangat dibutuhkan. Maka, tafsir tahlili merupakan ilmu tafsr yang menafsirka ayat-ayat Al-Qur’an secara berurutan dari ayat per ayat sesuai urutan pada mushaf utsmani, menjelaskan setiap ayatnya secara detail yang meliputi beberapa hal antara lain, isi kandungan ayatnya, asbab al nuzulnya, dan lain-lain. Metode tafsir Tahlili ini sering dipergunakan oleh kebanyakan ulama pada masa-masa dahulu. Namun, sekarangpun masih digunakan. Para ulama ada yang mengemukakan kesemua hal tersebut di atas dengan panjang lebar ithnab, seperti Al-Alusy, Al-Fakhr Al-Razy, Al-Qurthuby dan Ibn Jarir Al-Thabary. Ada juga yang menemukakan secara singkat ijaz, seperti Jalal al-Din Al-Shuyuthy, Jalal al-Din Al-Mahally dan Al-Sayyid Muhammad Farid Wajdi. Ada pula yang mengambil pertengahan musawah, seperti Imam Al-Baydlawy, Syeikh Muhammad Abduh, Al-Naysabury, dll. Semua ulama di atas sekalipun mereka sama-sama menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan metode Tahlili, akan tetapi corak Tahlili masing-masing berbeda. [2]Para ulama telah membagi wujud metode tafsir Tahlili menjadi tujuh macam, yaitu tafsir bil Ma’tsuri, tafsir bir Ra’yi, tafsir Shufi, tafsir Fikih, tafsir Falsafi, tafsir Ilmi, tafsir Adab al-ijtimi’ Tafsir Tahlili bentuk Ma’tsuri / tafir bi al-Ma’tsuri riwayatTafsir bil Ma’tsuri yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan ayat-ayat lain, dengan sunnah Nabi SAW, dengan pendapat sahabat Nabi SAW, dan dengan perkataan tabi’in. Menurut Subhi as-Shalih, bentuk tafsir seperti ini sangat rentan terhadap masuknya pendapat-pendapat di luar Islam, seperti kaum zindiq Yahudi, Parsi, dan Parsi, dan masuknya hadits-hadits yang tidak shahih.[3]2. Tafsir Tahlili Bentuk bir Ra’yi / tafsir bi al-Ra’yiTafsir bir Ra’yi merupakan cara penafsiran Al-Qur’an dengan dan penalaran dari mufasir itu sendiri. Mufasir dalam metode ini diberi kebebasan dalam berpikir untuk menafsirkan Al-Qur’an. Hal tersebut tentu dibatasi oleh kaidah-kaidah penafsiran Al-Qur’an, agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dalam menafsirkan Al-Qur’ Tafsir Tahlily Bentuk ShufiTafsir Shufi mulai berkembang ketika ilmu-ilmu agama dan sains mengalami kemajuan pesat serta kebudayaan Islam tersebar di seliruh pelosok dunia dan mengalami kebangkitan dalam segala seginya. Tafsir ini lebih menekankan pada aspek dan dari sudut esoterik atau isyarat-isyarat yang tersirat dari ayat oleh para tasawuf. Metode bentuk ini dibagi menjadi dua yaitu, teoritis dan praktis. Dalam bentuk teoritis, mufasir menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan mazhabnya dan sesuai dengan ajaran-ajaran mereka. Mereka menta’wilkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan penjelasan yang menyimpang dari pengertian tekstual yang telah dikenal dan didukung oleh dalili Syar’i. Sedangkan dalam bentuk praktis, mufasir menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan berdasarkan isyarat-isyara tersembunyi. 4. Tafsir Tahlili Bentuk Fikih Tafsir Fikih adalah tafsir yang menekankan pada tinjauan hukum dari ayat yang di tafsirkan. Tafsir ini banyak di temukan dalam kitab-kitab fikih yang dikarang oleh imam-imam dari berbagai mazhab yang berbeda. 5. Tafsir Tahlili Bentuk Falsafi Tafsir Falsafi merupakan ilmu tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan filsafat. Pendekat filsafat yang digunakan adalah pendekatan yang berusaha melakukan sintesis dan siskretisasi antara teori-teori filsafat dengan ayat-ayat Al-Qur’an, selain itu juga menggunakan pendekatan yang berusaha menolak teori-teori filsafat yang dianggap bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an. 6. Tafsir Tahlili Bentuk Ilmi Tafsir ini mulai muncul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, sehingga tafsir ini dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan almiah atau dengan menggunakan teori-teori ilmu pengetahuan. Dalam tafsir ini mufasir berusaha mengkaji Al-Qur’an dengan dikaitkan dengan gejala atau fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta ini. Namun, yang sangat disayangkan adalah pada tafsir ini terbatas pada ayat-ayat tertentu dan bersifat parsial, terpisah dengan ayat-ayat lain yang berbicara pada masalah yang sama. 7. Tafsir Tahlili Bentuk Adab Al-Ijtima’i Adab Al Ijtima’i Tafsir adalah suatu metode tafsir yang coraknya menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat Al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan kehidupan kemasyarakatan, serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit atau masalah-masalah kemasyarakatan berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dengan mengemukakannya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan indah didengar. Jadi, metode tafsir tahlili ini dibagi oleh beberapa ulama menjadi beberapa macam, yaitu tafsir bi al-Ma’tsuri, bi al-Ra’yi, Shufi, Fikih, Falsafi, Ilmi, dan Adab al-Ijtima’i. Semua bentuk tafsir tahlili memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri. Tafsir bi al ma’tsuri adalah tafsir yang penafsirannya dengan menggunakan ayat-ayat lain, riwayah Nabi SAW, sahabat, dan tabi’in. Tafsir bi al ra’yi adalah tafsir yang penafsirannya menggunakan metode ijtihad dan penalaran. Tafsir shufi adalah tafsir yang menekankan pada isyarat-isyarat yang terdapat pada ayat yang dikemukakan oleh tasawuf. Tafsir fikih adalah tafsir yang menekankan pada tinjauan hukum dari ayat yang ditafsir. Tafsir falsafi adalah tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an dengan pendekatan filsafat. Tafsir ilmu adalah tafsir yang menggunakan pendekatan ilmiah atau teori-teori ilmu pengetahuan. Dan yang terakhir tafsir adab al-ijtima’i adalah tafsir yang menjelaskan kepada hubungan dengan Ciri-ciri Tafsir Tahlili Metode Tafsir tahlili memiliki ciri khusus yang membedakannya dari metode tafsir lainnnya, ciri-ciri tersebut adalah 1. Mufasir menafsirkan ayat per ayat sesuai dengan urutan dalam mushaf ustmani, yaitu dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri oleh surat Mufasir menjelaskan makna yang terkandung dalam Al-Qur’an secara komprehensif dan menyeluruh, baik makna harfiah setiap kata maupun asbabun Bahasa yang digunakan metode tahlili tidak sesederhana yang dipakai metode tafsir Contoh-contoh Tafsir Tahlili Ada cukup banyak contoh tafsir tahlili, antara lain Contoh tafsir tahlili dalam bentuk bi al-ma’tsuri yang menafsirka Al-Qur’an dengan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Rasullullah SAW untuk menjelaskan sebagian kesulitan yang ditemui oleh para sahabat semasa Rasulullah SAW masih hidup. Seperti penafsiran hadits Rasulullah SAW terhadap pengertianالغضو ب عليهم dan الضا لين Al-Fatihah 7, penjelasan beliau tentang firman Allah الذ ين امنواولم يلبسواايمانهم بظلم Al-An’am 82 dan firman Allah يايهاالذين امنوااتقواالله ØÙ‚ تقاته Ali Imran 102 dan lain-lain. Contoh yang dalam bentuk shufi, yaitu Al-Alusy berkata tentang isyarat yang diberikan oleh firman Allah Al-Baqarah 45, sebagai berikut qãZŠÃètFó™$ur Îö9¢Ã9$$Ã/ Ão4qn=¢Ã9$ur 4 $pk¨XÃur ÃouŽÃ7s3s9 žwà ’n?tã tûüÃèñ»sƒÃ¸$ ÇÃÃÈ Artinya “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”.Bahwa shalat adalah sarana untuk memusatkan dan mengkonsentrasikan hati untuk menangkap tajally penampakan diri Allah dan hal ini sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang luluh dan lunak hatinya untuk menerima cahaya-cahaya dari tajally-tajally Allah yang amat halus dan menangkap kekuasaan-Nya yang perkasa. Merekalah orang-orang yang yakin, bahwa mereka benar-benar berada di hadapan Allah dan hanya kepada-Nyalah mereka kembali, dengan menghancurkan sifat-sifat kemanusiaan mereka fana’ dan meleburkannya ke dalam sifat-sifat Allah baqa’, sehingga mereka tidak menemukan selain eksistensi Allah sebagai Raja yang Maha Halus dan Maha beberapa contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa tafsir tahlili itu menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan bentuknya atau mempunyai karakter tersendiri. Selain itu, masih ada banyak lagi contoh dari tafsir tahlili. Ada cukup banyak contoh kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir ini, antara lain - Jami’ al-Bayan fy Tafsir al-Qur’an, karangan Imam Ibn Jarir Al-Thabary- Ma’alim al-Tanzil yang dikenal dengan Al-Tafsir al-Manqul, karangan Imam Al-Baghawy- Madarik al –Tanzil wa Haqaiq al-Ta’wil, karangan Al-Ustadz Mahmud Al-Nasafy- Anwar al-Tanzil wa Asrarnal-Ta’wil, karangan Al-Ustadz Al-Baydlawy- Tafsir Al-Qur’an al-Adhim, karangan Imam Al-Tustury- Haqaiq al-Tafsir, karangan Al-Allamah Al-Sulamy w. 421 H- Ahkam Al-Qur’an, karangan Al-Jasshash w. 370 H- Al-Jami’ li Al-Qurthuby w. 671 H- Mafatih al-Ghaib, karangan Al-Fakhr Al-Razi w. 606- At-Tafsir al-Ilm li al-Kauniyat al-Qur’an al-Karim, karya Hanafi Ahmad- Al-Islam Yatahadda, karangan Al-Allamah Wahid al-Din Khan- Tafsir al-Manar, karya Rasyid Ridha w. 1345 H- Tafsir Al-Qur’an al-Karim, karya Mahmud SalthutDan masih banyak lagi contoh kitab yang berdasarkan atau yang menggunakan metode tafsir tahlili ini.[4]D. Keistimewaan dan KelemahannyaDalam menganalisa tafsri tahlili, muncul beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan kegunaan metode penafasiran ini, diantaranya adalah apa keistimewaan dan kelemahan metode tafsir ini, dan bagaimana pula contohnya. Dalam bagian ini akan dibahas insya Allah mengenai keistimewaan dan juga kelemahan tafsir ini. Suatu metode yang dilahirkan seorang manusia, selalu saja memliki kelemahan dan keistimewaan. Demikian halnya juga dengan metode tahlili ini. Namun perlu disadari keistimewaan dan kelemahan yang dimaksud disini bukanlah suatu hal yang negatif, akan tetapi rujukan dalam ciri-ciri metode tafsir tahlili ditemukan beberapa keistimewaan diantaranya adalah tafsir ini biasanya selalu memaparkan beberapa hadist ataupun perkataan sahabat dan para tabiin, yang berkenaan dengan pokok pembahasan pada ayat. Juga didalamnya terdapat beberapa analisa mufassir mengenai hal-hal umum yang terjadi sesuai dengan ayat. Dengan demikian, informasi wawasan yang diberikan dalam tafsir ini sangat banyak dan lainnya adalah adanya potensi besar untuk memperkaya arti kata-kata dengan usaha penafsiran terhadap kosa-kata ayat. Potensi ini muncul dari luasnya sumber tafsir metode tahlili tersebut. Penafsiran kata dengan metode tahlili akan erat kaitannya dengan kaidah-kaidah bahasa Arab dan tidak tertutup kemungkinan bahwa kosa-kata ayat tersebut sedikit banyakanya bisa dijelaskan dengan kembali kepada arti kata tersebut seperti pemakaian aslinya. Pembuktian seperti ini akan banyak berkaitan dengan syair-syair lainnya adalah luasnya bahasan penafsiran. Pada dasarnya, selain kedetilan, keluasan bahasan juga menjadi salah satu ciri khusus yang membedakan tafsir tahlili dengan tafsir ijmali. Seperti disebutkan di atas, bahwa salah satu keistimewaan tafsir tahlili dibandingkan dengan tafsir ijmali adalah kedetilannya dalam menguraikan sebuah ayat. Sebuah ayat yang tidak ditafsirkan oleh metode ijmali kadang kala membutuhkan ruang yang banyak bila ditafsirkan dengan metode tahlili. Disamping keistimewaan, juga ada kelemahan. Namun sekali lagi kelemahan disini bukanlah merupakan kelemahan yang mengharuskan kita tidak menggunakan atau mengabaikan tafsir ini. Akan tetapi hendaknya dalam menyikapi kelemahan ini, kita haru dapat memilah milih beberapa informasi dan wawasan yang dipaparkan dalam metode penafsiran satu kelemahan yang sering disebutkan adalah berkenaan dengan Israiliyat yang mungkin terkadang masuk dalam informasi yang diberikan mufassir. Juga sama halnya dengan berbagai hadist lemah yang tidak selayaknya digunakan pada tempat dan kondisi sesuai. Akan tetapi dengan analisa kritis yang mendalam, kelemahan ini sangat mungkin untuk dihindarkan. Selayaknyalah memang seorang mufassir yang berkompeten untuk memberikan perhatian serius terhadap sumber informasi yang ia gunakan dalam menafsirkan sebuah ayat. Israiliyyat tidaklah begitu sulit untuk dikenali, konsepnya hanyalah apakah informasi tersebut mempunyai sumber yang jelas atau tidak, bila sumbernya jelas dan kuat maka informasi tersebut bisa dipakai dan pula dengan hadist-hadist dha’if ataupun pendapat-pedapat para sahabat maupun tabi’i. Hukum dasar hadist da’if adalah tidak boleh diamalkan, hal ini tentu saja berlaku dalam pemakaian sebagai sumber tafsir. Hadist dha’if tersebut hanya bisa dipakai sebagai penguat apabila ada hadist yang lebih kuat menjelaskan senada dengan hadist da’if lain tafsir tahlili adalah kesannya yang bertele-tele dan sistematis. Tapi apakah demikian adanya? Sepintas memang akan terlihat demikian karena tafsir tahlili membutuhkan wadah yang lebih banyak dan luas dibandingkan dengan tafsir ijmali. Pemakaian kata yang banyak tidak bisa dikatakan bertele-tele bila memang kajian tersebut membutuhkan wadah bahasa yang panjang untuk menguraikannya. Bertele-telenya sebuah penafsiran adalah dengan banyak kalimat-kalimat yang tidak berfungsi dengan baik dalam menguraikan ayat, seperti perulangan penjelasan, atau kiasan-kiasan yang tidak dan keluasan bahasan tafsir tahlili dalam menguraikan sebuah ayat tentu saja membutuhkan usaha yang lebih keras dan waktu yang lebih lama bagi seorang mufassir. Bagi beberapa golongan hal ini juga dianggap sebagai kelemahan dibandingkan dengan tafsir ijmali yang praktis dan metode tafsir tahlili dapat dirangkum sebagai berikut1. Sumber yang Analisa Kekayaan arti kosa-kata dalam Detil Sedangkan beberapa kelemahannya adalah1. Peluang untuk masuknya israiliyyat lebih Peluang untuk masuknya informasi yang tidak penting lebih Membutuhkan wadah, kata, waktu yang relatif lebih besar.[5]BAB IIIPENUTUPSimpulanTafsir Tahlili merupakan suatu metode tafsir Al-Qur’an yang cara penafsirannya dilakukan secara detail dari setiap ayat-ayat yang ditafsir. Aspek yang dibahas dalam metode tafsir tahlili, yaitu kosa kata, lafadz, arti yang dikehendaki, dan sasaran yang dituju dari kandungan ayat yang ditafsir, yaitu unsur ijaz, balaghah, dan keindahan kalimat. Aspek pembahasan makna dari ayat yang ditafsir, meliputi hukum fikih, dalil syar’i, norma-norma akhlak, akidah atau tauhid, perintah, larangan, janji, ancaman, dan lain-lain. Selain itu juga mengemukakan tentang kaitan ayat-ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan ini telah dibagi oleh beberapa ulama menjadi beberapa macam yaitu, tafsir ma’tsur, tafsir ra’i, tafsir Shufi, tafsir Fikih, tafsir Falsafi, tafsir Ilmi, dan tafsir Adab Al-Ijtima’i. Semua bentuk atau corak dari metode tafsir tahlili di atas memiliki karakter tersendiri, namun metode penafsirannya sama yaitu dengan menggunakan metode tafsir dari metode tafsir tahlili, antara lain- Mufasir menafsirkannya ayat per ayat secara berurutan sesuai dengan urutan pada mushaf Mufasir menjelaskan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an secara konfrehensif dan Tafsir ini dijelaskan secara panjang banyak contoh dari metode tafsir tahlili ini, baik itu contoh ayat yang ditafsirkan dengan menggunakan metode tafsir tahlili maupun contoh kitab, atau mufasir yang menggunakan metode tafsir tahlili dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Adapun contoh dari kitab yang menggunakan tafsir tahlili, yaitu kitab Jami’ al-Bayan fy Tafsir al-Qur’an, karangan Imam Ibn Jarir Al-Thabary, Ma’alim al-Tanzil yang dikenal dengan Al-Tafsir al-Manqul, karangan Imam Al-Baghawy, dan masih ada banyak lagi contoh-contoh yang itu semua, metode tafsif tahlili ini juga memiliki beberapa keistimewaan dan kelemahan. Keistimewaan dari tafsir ini antara lain, ruang lingkupnya luas, memuat berbagai ide, metode tahlili adalah merupakan metode tertua dalam sejarah penafsiran Al-Quran, ayat-ayat al-Qur’an yang kita lihat sekarang urut-urutannya sesuai dengan mushaf, dan masih banyak lagi keistimewaan dari tafsir ini. Selain keistimewaan, adapun kelemahannya, yaitu Al-Qur’an sebagai petunjuk terlihat menjadi parsial, menghasilkan penafsiran yang subyektif, masuknya pemikiran isra’iliat, dan makalah dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan tentunya bagi penulis itu sendiri. Kritikan dan saran akan kami tunggu demi bertambah baiknya makalah PUSTAKA Nashruddin Ba’idan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta Glaguh UHIV , 1998. Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 1994. Nur Kholis, Pengantar Al-Qur’an dan Hadis, Yogyakarta Sukses offset, 2008. [1] Nashruddin Ba’idan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta Glaguh UHIV, 1998, h. 31 [2] Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta PT Raja Grafindo Persada,1994 , h. 41-42. [3] Nur Kholis, Pengantar Al-Qur’an dan Hadis, Yogyakarta Sukses offset, 2008, [4] Ali Hasan Al-Aridl, Op. Cit.
Tafsirberasal dari akar kata al-fasr (ف- س- ر) yang berarti menjelaskan, menyingkap, dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak. Dalam lisan al-'Arab dinyatakan al-fasr (الفسر)secara leksikal berarti menyingkap sesuatu yang tertutup, sedangkan kata al-tafsir ( التفسير) berarti menyingkap maksud suatu lafaz yang musykil atau pelik. [1]
METODE TAFSIR TAHLILI DAN IJMALI A. Pendahuluan Alquran adalah sumber ajaran Islam. Dan laksana samudera yang keajaiban dan keunikannya tidak pernah sirna di telan masa, sehingga lahirlah bermacam-macam tafisr dengan metode yang beraneka ragam. Para ulama telah menulis dan mempersembahkan karya-karya mereka dibidang tafsir ini, dan menjelaskan metode-metode yang digunakan oleh masing-masing tokoh penafsir, metode-metode yang dimaksud adalah metode tahliliy, ijmaliy, muqaran, dan maudhu’iy. Banyak cara pendekatan dan corak tafsir yang mengandalkan nalar, sehingga akan sangat luas pembahasan apabila kita bermaksud menelusurinya satu demi satu. Untuk itu, agaknya akan lebih mudah dan efesien, pembahasan didalam makalah hanya mengambil dua metode tafsir saja yaitu tahliliy dan ijmaliy. Pentingnya metode tafsir tahlili dan ijmali dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran adalah untuk membantu dan memudahkan bagi orang yang ingin mempelajari dan memahami ayat AlQuran itu sendiri. dan mengingat dua metode tersebut telah menjadi pilihan banyak mufassir ulama tafsir dalam karyanya. Dalam pembahasan makalah ini, pemakalah akan mencoba menjelaskan dan menguraikan mula dari Sekilas sejarah perkembangan tafsir, Pengertian Metode Tahlili dan Ijmali, Ciri-ciri kedua metode ini, langkah-langkah yang ditempuh mufassir dalam menafsirkan dengan Metode Tahlili dan Ijmali ini, Kelebihan dan Kekurangan Metode Tahlili dan Ijmali, serta contoh dari masing-masing metode ini. B. Sejarah Perkembangan Tafsir Dari perkembangan tafsir metode yang pertama lahir dengan mengambil bentuk al-ma’tsur dan diikuti oleh bentuk al-ra’yi adalah metode ijmaliy .Kemudian metode ini berkembang terus sehingga melahirkan metode tahliliy, ini ditandai dengan dikarangnya kitab-kitab tafsir yang menguraikan uraian yang cukup luas dan mendalam tentang pemahaman suatu ayat seperti al-Thabari dalam bentuk tafsir al-matsur, tafsir ar-Razi dalam bentuk ra’yi dan lain-lain. Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, maka ulama tafsir berusaha menafsirkan alquran lebih spesifik lagi dalam bidang-bidang tertentu[1] . C. Metode Tahliliy a. Pengertian Metode Tahliliy Kata tahliliy adalah bahasa arab yang berasal hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti to analize atau detailing, ana lyzing, menganalisa atau mengurai, dan kata tahlili berarti analytic atau analytical.[2] Metode tahliliy, yang dinamai oleh Baqir Al-Shadr sebagai metode tajzi’iy,adalah satu metode tafsir yang “Mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtunan ayat-ayat Alquran sebagaimana tercantum di dalam mushaf.[3] Al-farmawi juga mendefenisikan tafsir tahlili dengan suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat AlQur’an dari seluruh aspeknya.[4] Dan menerangkan makna-makna yang tercakup didalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Dan beliau juga menguraikan bahwa bahwa penjelasan makna tersebut bisa tentang makna kata, penjelasan umumnya, susunan kalimatnya, asbab al-nuzulnya. Metode ini terkadang menyertakan perkembangan kebudayaan generasi Nabi, Sahabat maupun Tabi’in, terkadang pula diisi dengan uraian-uraian kebahasaan dan meteri-materi khusus lainnya yang kesemuanya ditujukan untuk memahami al Quran yang mulia ini.[5] Sedangkan M. Quraish Shihab berpendapat bahwa tafsir tahlili merupakan suatu bentuk tafsir dimana mufassirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat Alquran sebagaimana tercantum dalam mushaf.[6] Para penafsir tahliliy ini ada yang terlalu bertele-tele dengan uraian panjang lebar dan sebaliknya, ada pula yeng terlalu sederhana dan ringkas. Selanjutnya, mereka juga mempunyai kecenderungan dan arah penafsiran yang beraneka ragam, ditinjau dari kecenderungan para penafsir, para ulama membagi corak metode tahliliy kepada tujuh bentuk[7], yaitu 1. al- Tafsir bi al-Ma’tsur 2. al- Tafsir bi al-Ra’yi 3. al- Tafsir al-Shufi 4. al- Tafsir al-fiqhi 5. al- Tafsir al-falsafi 6. al- Tafsir al-Ilmi dan 7. al- Tafsir al-Adaby b. Ciri-ciri Metode Tafsir Tahlili. Metode Tafsir tahlili mamiliki ciri khusus yang membedakannya dari metode tafsir lainnnya, cirri-cari tersebut adalah 1. Mufassir menafsirkan ayat per ayat dan surat demi surat secara barurutan sesuai dengan mushaf. 2. Mufassir menjelaskan makna yang terkandung didalam ayat-ayat Alquran secara komprehensif dan menyeluruh, baik dari segi I’rab,Munasabah ayat atau surah, asbab nuzul-nya dan dari segi lain. 3. Dalam penafsirannta seorang mufassir tahlili manafsirkan ayat-ayat Alquran dengan menggunakan pendekatan bi al-ma’tsur maupun bi al-ra’yi.[8] 4. Bahasa yang digunakan metode tahlili tidak sesederhana yang dipakai metode tafsir ijmali. c. Langkah-langkah Metode Tafsir Tahlili. Secara umum langkah-langkah yang ditempuh oleh mufassir dengan metode tahlili ini adalah sebagai berikut 1. Memberikan keterangan tentang status ayat atau surat yang sedang ditafsirkan dari segi makkiyah dan madaniyah 2. Menjelaskan munasabah ayat atau surat. 3. Menjelaskan asbab al-nuzul ayat apabila terdapat riwayat mengenainya. 4. Menjelaskan makna al-mufradat dari masing-masing ayat, serta unsur-unsur bahasa arab lainnya, seperti dari segi I’rab dan balaghah nya, fasahah, bayan, dan I’jaznya. 5. Menguraikan kandungan ayat secara umum dan maksudnya. 6. Merumuskan dan menggali hukum-hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat tersebut.[9] d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tafsir Tahlili Tafsir tahlili sebagai salah satu metode tafsir yang banyak digunakan oleh para mufassir, tidak luput dari adanya kelebihan dan kekurangan atau ketebatasan, sebagaimana manusia, sang penafsir. Diantara kelebiahan dan kekurangan metode tahlili ini adalah 1. Kelebihan Metode Tafsir Tahlili a. Metode tahlili adalah merupakan metode tertua dalam sejarah Alquran, karena metode ini telah digunakan sejak masa Nabi Muhammad SAW. b. Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan oleh para mufassir. c. Metode ini memiliki corak laun dan orientasi ittijah yang paling banyak dibandingka metode lain. d. Melalui metode ini seorang mufassir memungkinkan untuk memberikan ulasan secara panjang lebar itnhab, atau secara ringkas dan pendek saja ijaz.[10] e. Metode tahlili pembahsann dan ruang lingkupnya yang sangat luas. Hal ini dapat berbentuk riwayat ma’sur dan juga dapat berbentuk rasio ra’yu [11] 2. Kekurangan Metode Tafsir Tahlili a. Metode ini dijadikan para penafsir tidak jarang hanya berusaha menemukan dalil atau pembenaran pendapatnya dengan ayat-ayat Alquran. b. Metode ini kurang mampu memberi jawaban tuntas terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, karena pembahsannya sering tidak tuntas, terutama masalah kontemporer seperti keadilan, kemanusiaan, sekaligus tidak banyak memberi pagar-pagar metodologi yang dapat mengurangi subjektivitas mufassirnya. c. Dapat menghanyutkan seorang mufassir dalam penafsirannya, sehingga keluar dari suasana ayat yang dibahas. d. Metode ini sangat subjetif. e. Kitab-kitab dan Contoh Tafsir Tahlili Diantara kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini adalah Tafsir al-Qur’an al-azhim karya Ibn Katsir. Tafsir al-Munir karya Syaikh Nawawy al-Bantany. Ada yang ditulis dengan sangat panjang, seperti kitab tafsir karya al-Lusi, Fakhr al-Din al-Razi, dan Ibn Jarir al-Thabari; Ada yang sedang, seperti kitab Tafsir Imam al-Baidhawi dan al-Naisaburi; dan ada pula yang ditulis dengan ringkas, tetapi jelas dan padat, seperti kitab Tafsir al-Jalalayn karya Jalal al-Din Suyuthi dan Jalal al-Din al- Mahalli dan kitab Tafsir yang ditulis Muhammad Farid Wajdi. Sedangkan contoh-contoh metode Tafsir tahlili anatara lain 1. Tafsir Al-fakhruddin al-Razy yang terdiri dari tafsir al- Kabir Mafatih al-Ghaib yang terdiri dari 30 jilid dan Tafsir al-Saghir Asrar al-Tanzil wa Anwar al-Ta’wil. 2. Tafsir Imam al-Zamakhsari Al-Ksyasaf an Haqaiq al-Tanzil wa uyun al-Aqawil fi Wujud al-Ta’wil. Contoh ayat tasir Al-Kasyasyaf QS. 75, Al-Qiyamah 22-23 dan QS. 6, Al-An’am 103. Kedua ayat ini dianggapnya muhkam karena mustahil Allah itu dapat dilihat oleh penglihatan manusia. [12] D. Metode Tafsir Ijmali a. Pengertian Metode Tafsir ijmali Kata ijmali adalah bentuk masdar dari aj-mala. Menurut bahasa ia berarti keringkasan atau kesimpulan. Ia berderivasi dari kata jamala dengan menambahkan ya’ nisbah di akhir lafalnya. Penambahan ini memberikan penekanan makna bahwa seseuatu itu dilakukan secara global[13]. Dalam kaitan ini Abd as-Sattar fathullah Sa’id di dalam al-Madkhal Ila Tafsir al-Maudu’I menjeleskan bahwa yang dimaksud dengan metode ijmali adalah “ Tafsir yang dijelaskan seorang mufassir secara ringkasa makna ayat atau makna ayat-ayat yang ditafsirkannya. Ia juga menyatakan maksud ayat tersebut dan mensyrahkan kehalusan lafal-lafal ayat, sebab-sebab turunnya sehingga nyatalah makna umum ayat tersebut tanpa masuk kedalam uraian yang banyak”.[14] Di dalam sistematika uraiannya, penafsir akan membahas ayat demi ayat sesuai dengan susunan yang ada di dalam mushaf, kemudian mengemukakan makna global yang dimaksud oleh ayat tersebut. Makna yang diungkapkan biasanya diletakkan di dalam rangkaian ayat-ayat atau menurut pola-pola yang diakui oleh jumhur Ulama, dan mudah dipahami oleh semua orang. Di dalam tafsirnya, seorang penafsir menggunakan lafazh bahasa yang mirip bahkan sama dengan lafazh alquran, sehingga pembaca akan merasakan bahwa uraiannya tersebut tidak jauh dari gaya bahasa alquran itu sendiri, tidak jauh dari lafazh-lafazhnya. Sehingga, disatu sisi lain, betul-betul mempunyai hubungan erat susunan bahasa alquran. Cara penafsiran dengan gaya bahasa yang demikian sangat jelas bagi pendengar dan mudah dipahami.[15] Berdasarkan definisi diatas dapat dipahami bahwa yang dikehendaki dengan metode tafsir ijmali adalah penafsiran Alquran dengan cara ringkas, tidak berbelit-belit dan tidak menggunakan redaksi yang sukar. Guna memudahkan mengenali metode tafsir ijmali disini dikemukakan beberapa keraktristiknya berdasarkan definisi yang telah dijelaskan diatas, yaitu a. Metode tafsir ijmali ditulis dengan ringkas, dan ini metode teringkas dalam menafsirka ayat Alquran jika disbanding dengan metode lainnya. Oleh karena itu kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ijamali ini tidak begitu tebal sebagaimana tafsir yang lainnya. b. Metode tafsir ijmali menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Dalam penafsiran lafal ayat hanya mengemukakan padanan kata dari firman Allah. c. Dalam menafsirkan ayat Alquran, seorang mufassir yang menggunaka metode ijmali, menafsirkan ayat degan mengikuti urutan ayat yang ada di dalam mushaf Alquran. Yakni dimulai daru surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah an-Naas.[16] b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tafsir Ijmali Sama seperti metode tafsir tahlili, metode tafsir ijmali ini juga memiliki kelebihan atau keistimewaan maupun kekurangan dalam menafsirkan Alquran. Dan diantara kelabian dan kekuranganya adalah 1. Kelebihan atau keistimewaan metode tafsir ijmali a. Metode ini lebih mudah dipahami oleh pembaca. Kosa kata yang digunakan tidak sesukar metode tafsir yang lain. Dan sesuai bagi seorang pemula memahami tafsir Alquran.
Ciriciri tafsir tahlili : [3] 1. Membahas segala sesuatu yang menyangkut satu ayat itu. Kondisi serupa tidak akan dijumpai pada tafsir yang menggunakan metode tahlili, muqaran, atau maudhui. Kekurangan metode ijmali. 1. Menjadikan petunjuk al-qur'an bersifat parsial. Al-qur'an merupakan satu kesatuan yang utuh sehingga satu ayat dengan
Pengertian Tafsir Tahlili Kelebihan Dan Kekurangan – Kata “tahlili” berasal dari bahasa Arab yakni “hallala-yuhallilu” yang berarti menguraikan atau menganalisa. Jadi Tafsir Tahlili merupakan suatu metode yang bermaksud menjelaskan dan menguraikan kandungan ayat-ayat Al Qur’an dari seluruh sisinya, sesuai dengan urutan ayat di dalam suatu surat. Tujuan utama para ulama menafsirkan Al Qur’an dengan metode ini, yaitu untuk meletakkan dasar-dasar rasional bagi pemahaman akan kemukjizatan Al Qur’an. Pengertian Tafsir TahliliCiri-ciri Tafsir Tahlili Kelebihan Tafsir TahliliKelemahanTafsir TahliliTokoh dan KaryaDi antara kitab tahlili yang mengambil bentuk ma’sur, yaitu;Adapun tafsir tahlili yang mengambil bentuk ra’yi banyak sekali, antara lainMelayani Pemesanan Al Quran Custom Satuan Atau Grosir – Hubungi Kami 0853 1512 9995Kontak Penerbit Jabal Pengertian Tafsir Tahlili Metode tafsir tahlili adalah cara menafsirkan Al Qur’an dengan menguraikan dan menganalisa ayat-ayat Al Qur’an secara berurutan, sesuai tertib muṣḥaf dengan membahas segala makna dan aspek yang terkandung di dalamnya. Pola penafsiran yang diterapkan para mufassir yang memakai metode tahlili berusaha menjelaskan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat Al Qur’an secara menyeluruh, baik yang berbentuk al-ma’sur maupun ar-ra’yi. // pengertian tafsir tahlili Ciri-ciri Tafsir Tahlili Metode tafsir tahlili memiliki ciri khusus yang membedakannya dari metode tafsir lainnnya, yaitu 1. Mufasir menafsirkan ayat per ayat sesuai dengan urutan dalam mushaf utsmani, yaitu mulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri oleh surat An-Nas. 2. Mufasir menjelaskan makna yang terkandung dalam Al Qur’an secara komprehensif dan menyeluruh, baik makna harfiah setiap kata maupun asbabun nuzulnya. 3. Bahasa yang digunakan metode tahlili tidak sesederhana yang dipakai metode tafsir ijmali. Kelebihan Tafsir Tahlili Beberapa kelebihan dari tafsir metode tahlili, yaitu 1. Dapat mengetahui dengan mudah tafsir suatu surat atau ayat, sebab susunan tertib ayat atau surat mengikuti susunan sebagaimana terdapat dalam mushaf. 2. Praktis mengetahui munasabah korelasi antara suatu surat atau ayat dengan surat atau ayat lainnya. 3. Memungkinkan untuk sanggup memperlihatkan penafsiran pada semua ayat, meskipun inti penafsiran ayat yang satu merupakan pengulangan dari ayat yang lain, jika ayat-ayat yang ditafsirkan sama atau hampir sama. 4. Mengandung banyak aspek pengetahuan, mencakup hukum, sejarah, sains dan lain lain. KelemahanTafsir Tahlili Beberapa kelemahan dari tafsir metode ini adalah; 1. Menghasilkan penafsiran yang parsial. 2. Subjektivitas mufassir tidak mudah dihindari. Misalnya, adanya ayat yang ditafsirkan dalam rangka membenarkan pendapatnya. 3. Terkesan adanya penafsiran berulang-ulang, terutama terhadap ayat-ayat yang memiliki tema yang sama. 4. Masuknya aliran isra`iliyyat. Tokoh dan Karya Penafsiran yang mengikuti metode ini sanggup mengambil bentuk ma’sur riwayat atau ra’y pemikiran. // pengertian tafsir tahlili Di antara kitab tahlili yang mengambil bentuk ma’sur, yaitu; 1. Jami’ al-Bayan an Ta’wil al-Qur’an al-Karim, karya Ibn Jarir at-Tabari w. 310 H 2. Ma’alim al-Tanzil, karya al-Bagawi w. 516 H 3. Ad-Durar al-Mansur fi at-Tafsir bi al-Ma’sur, karya al-Suyuti w. 911 H Adapun tafsir tahlili yang mengambil bentuk ra’yi banyak sekali, antara lain 1 Tafsir al-Khazin, karya al-Khazin w. 741 H 2 Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, karya al-Baidawi w. 691 H 3 Al-Kasysyaf, karya al-Zamakhsyari w. 538 H 4 Arais al-Bayan fi Haqaiq Al-Qur`an, karya as-Sairazi w. 606 H 5 At-Tafsir Al-Kabir wa Mafatih Al-Gaib, karya al-Fakhr al-Razi w. 606 H 6 Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an, karya Tantawi Jauhari. 7 Tafsir Al-Manar, karya Muḥammad Rasyid Rida w. 1935 M Demikian ulasan mengenai pengertian tafsir tahlili, ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan hingga tokoh dan karya tafsir tahlili. Semoga ulasan ini bermanfaat dan menambah wawasan seputar Islami. [ Rekomendasi Penerbit Alquran ] Melayani Pemesanan Al Quran Custom Satuan Atau Grosir – Hubungi Kami 0853 1512 9995 Kesimpulannya, kami melayani pemesanan berbagai macam alquran custom untuk keperluan wakaf, kantor, branding, promosi, organisasi, komunitas dan kebutuhan lainnya. Bagi Anda yang ingin menghubungi admin kami, silahkan whatsapp/ telpon admin kami di nomor 0853 1512 9995. // pengertian tafsir tahlili berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dengan mengutamakan kualitas dan ketepatan waktu dalam proses produksinya. Mulai dari tahap desain, pemilihan material, proses produksi dan kontrol kualitas kami kerjakan dengan standar tinggi untuk menjamin produk yang dihasilkan adalah produk terbaik dan dapat dikirimkan kepada klien tepat waktu. // pengertian tafsir tahlili Kontak Penerbit Jabal HP/WA 085315129995/ 087777500661Telp/Fax 022-7809282Email penerbit_jabal Jl. Desa Cipadung No 47 Cibiru Bandung Jawa Barat, Indonesia Baca Artikel Lainnya 3 Amalan Yang Paling Dicintai Allah 10 Keutamaan Sholawat Nabi 11 Manfaat Menghafal Al Quran 12 Tips Medidik Anak Secara Islami 13 Cara Mendidik Anak Ala Rasulullah Adab Membaca Al Quran Doa Khatam Al Quran Hukum Menghina Al Quran Jual Buku Sirah Nabawiyah Shafiyyurrahman Keutamaan Bulan Maulid Nabi Muhammad Keutamaan Sedekah Menurut Islam Larangan Menghina Agama Islam Larangan mencari Kesalahan Orang Lain Manfaat Membaca Al Quran Setiap Hari Pengertian Tafsir Ijmali Penerbit Alquran Penerbit Jabal Percetakan Yasin Produsen Al Quran Custom
Orangorang munafik itu mempunyai ciri lahir dan ciri batin.Sedang yang kedua, ciri batin, tampak pada sedikitnya berzikir kepada Allah. tafsir Surat An-Nisa' Ayat 168 (Sesungguhnya orang-orang yang kafir) kepada Allah (dan berlaku aniaya) kepada nabi -Nya dengan menyembunyikan ciri -cirinya itu (maka Allah sekali-kali tidak akan
Pengertian Tafsir Ijmali Dan Ciri-Ciri Metode Ijmali – Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yang merupakan gabungan dua kata yaitu metha dan hodos. Kata methodos berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesa ilmiah dan uraian ilmiah. Dalam bahasa Indonesia, kata tersebut mengandung arti cara yang bersistem dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud guna memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai sesuatu yang kata Ijmali secara bahasa artinya ringkasan, ikhtisar, global dan penjumlahan. Dengan demikian, metode ijmali merupakan penafsiran Al Quran yang dilakukan dengan cara mengemukakan isi kandungan Al Quran melalui pembahasan yang bersifat umum. Tanpa uraian apalagi pembahasan yang panjang dan luas, juga tidak dilakukan secara rinci. [ Baca Juga Artikel Pengertian Tafsir Maudhu’i ] Pengertian Tafsir IjmaliCiri-Ciri Metode Tafsir IjmaliKelebihan Metode Tafsir IjmaliKelemahan Metode Tafsir IjmaliContoh Kitab Tafsir IjmaliMelayani Pemesanan Al Quran Custom Satuan Atau Grosir – Hubungi Kami 0853 1512 9995Mau Jadi Bagian Dari Kami? Daftar Agen Atau Reseller AjaKontak Penerbit Jabal Pengertian Tafsir Ijmali Metode tafsir ijmali adalah menafsirkan ayat-ayat Al Quran dengan cara mengemukakan makna global. Menjelaskan ayat-ayat Al Quran secara ringkas, namun meliputi dengan bahasa yang populer, mudah dipahami dan dibaca. Sistematika penulisannya berdasarkan susunan ayat-ayat di dalam mushaf. Kemudian, penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa Al Quran. Sehingga, pendengar dan pembacanya seperti masih tetap mendengar Al Quran meskipun yang didengar itu tafsirnya. // Pengertian Tafsir Ijmali Al-Zarkasy dalam Al- Burhan mendefinisikan tafsir sebagai berikut اﻋﻟﻢ ﯦﻌﺭﻑ ڊﻪ ﻔﻬﻡ ﻜﺗﺍﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻠﻣﻧﺯﻞﻋﻟﻰ ﻧﺑﻴﮫ ﻣﺤﻣد ﺼﻟﻰ ﺍﻠﻟﮫ ﻋﻟﻳﮫ ﻮﺴﻟﻢ ﻮبيان معاﻧﻴﮫ واستخراج احكامه و حكمه “Tafsir adalah ilmu untuk memahami kitab Allah Al-Quran yang diturunkan kepada nabi-Nya Muhammad Saw serta menerangkan makna Alquran dan mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya.” Al-Jurjaniy berkata التفسير في الاصل الكشف والاظهار, وفي الشرعي توضيخ معني الاية, شأنها وقصّتها والسبب الذي نزلت فيه بلفظ او يدل عليه دلالة ظاهرة “Tafsir pada asalnya adalah membuka dan menzahirkan. Pada istilah syara’ ialah menjelaskan makna ayat, urusannya, kisahnya dan sebab yang karenanya diturunkan ayat, dengan lafaz yang menunjuk kepadanya secara jelas.” Ciri-Ciri Metode Tafsir Ijmali Ciri-ciri dari metode ini yaitu mufassir menafsirkan Al Quran dari awal hingga selesai tanpa perbandingan dan penetapan judul. Kemudian, dalam metode ijmali tidak ada ruang untuk mengemukakan pendapat sendiri. Itulah sebabnya, kitab-kitab tafsir ijmali tidak memperlihatkan penafsiran secara rinci, akan tetapi ringkas dan umum. Sehingga masih seperti saat kita membaca Al Quran, meskipun yang dibaca adalah tafsirnya. Namun pada ayat-ayat tertentu diberikan juga penafsiran yang agak luas, namun tidak seluas pembahasan pada tafsir tahlili. [ Lihat Juga Jual Buku Sirah Nabawiyah Shafiyyurrahman ] Kelebihan Metode Tafsir Ijmali 1. Mudah dipahami tanpa berbelit-belit Sesuai dengan sebutannya, tafsir ijmali merupakan penafsiran yang menafsirkan suatu ayat secara ringkas dan mudah dipahami oleh pembacanya. Selain itu juga, pesan-pesan yang terkandung dalam tafsir ini, sangat mudah dipahami oleh pembaca. // Pengertian Tafsir Ijmali 2. Bebas dari penafsiran isra`iliyyat Peluang masuknya penafsiran isra iliyat dalam metode penafsiran ini dapat dihindarkan, bahkan dapat dikatakan sangat jarang sekali ditemukan. Hal tersebut disebabkan, uraiannya yang singkat hanya mengemukakan tafsir dari kata-kata dalam suatu ayat dengan ringkas dan padat. // Pengertian Tafsir Ijmali 3. Menggunakan bahasa singkat dan bersahabat dengan bahasa Al Quran Metode ini lebih mengedepankan makna sinonim dari kata-kata bersangkutan, sehingga bagi pembacanya merasa dirinya sedang membaca Al Quran, bukan membaca suatu tafsir. // Pengertian Tafsir Ijmali Kelemahan Metode Tafsir Ijmali 1. Kurang diperhatikan kaitan antara satu ayat dengan ayat-ayat yang lain. 2. Ruangan penafsiran terbatas untuk klarifikasi yang memadai Contoh Kitab Tafsir Ijmali Tafsir Al Quran Al-Karim karya Muhammad Farid Wajdi At-Tafsir Al-Wasith terbitan Majma Al-Buhus Al-Islamiyyah Tafsir Al-Jalalain karya Jalaluddin al-Suyuti dan Jalaluddin Al-Mahalli Demikian ulasan mengenai pengertian tafsir ijmali, ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan hingga contoh tafsir ijmali. Semoga ulasan ini bermanfaat dan menambah wawasan seputar Islami. [ Rekomendasi Penerbit Alquran ] Melayani Pemesanan Al Quran Custom Satuan Atau Grosir – Hubungi Kami 0853 1512 9995 Tidak dapat dipungkiri, banyak sekali godaan yang membuat kita jarang membaca Al Quran. Namun, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat lebih semangat dalam membaca Al Quran. Misalnya, membuat cover Quran menarik yang memberikan kesan lebih personal dan exclusive, tambah nama, tambah foto, tambah logo, quotes dan lain sebagainya. melayani pemesanan berbagai macam alquran custom untuk keperluan wakaf, kantor, branding, promosi, organisasi, komunitas dan kebutuhan lainnya. Bagi Anda yang ingin menghubungi admin kami, silahkan whatsapp atau pun telpon admin kami di nomor 0853 1512 9995. berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dengan mengutamakan kualitas dan ketepatan waktu dalam proses produksinya. Mulai dari tahap desain, pemilihan material, proses produksi dan kontrol kualitas kami kerjakan dengan standar tinggi untuk menjamin produk yang dihasilkan adalah produk terbaik dan dapat dikirimkan kepada klien tepat waktu. Untuk pemesanan dan info lebih lengkap silahkan hubungi klik no WhatsApp kami di bawah ini. Mau Jadi Bagian Dari Kami? Daftar Agen Atau Reseller Aja Program kemitraan agen reseller alquran custom sesuai permintaan, kebutuhan dan karakter dari lembaga maupun individu by Terlebih, kami menyediakan beragam al quran custom bagi Anda yang mau menghafal Al Quran super cepat, mengerti terjemahannya serta desain cover premium custom nama Anda atau sesuai keinginan. Berikut keuntungannya jika menjadi mitra diantaranya ; Komisi besarTersedi materi iklanHanya bermodalkan handphone dan medsosBisa dikerjakan dimana sajaTidak perlu packing barang kami bantu kerjakanTidak perlu stock barangProduk best seller, banyak varian dan banyak dicariPasti laku, denga catatan perbanyak Ikhtiar dan Do’a Kontak Penerbit Jabal HP/WA 085315129995/ 087777500661 Baca Artikel Lainnya Apakah Membaca Al Quran Harus Menghadap Kiblat ? Al Quran Bandung Al Quran Untuk Muslimah Grosir Buku Islam Jual Quran Hadiah Alquran Hukum Menghina Al Quran Jual Buku Sirah Nabawiyah Shafiyyurrahman Larangan mencari Kesalahan Orang Lain Letih Dalam Beribadah Akan Berbuah Surga Manfaat Membaca Al Quran Setiap Hari Pengertian Tafsir Maudhu’i
Dari2 atsar hadist yang kami nukil ada beberapa ciri" khowarij dan itu mirip sekali dengan wahabi yang ngaku" salaf dan ngaku" ahlussunnah. 1. Gampang memvonis kafir,syiah, bid'ah tanpa ada penelitian terlebih dahulu seperti yang disebutkan di dalam atsar di atas padahal mereka tau siapa sa'ad bin abi Waqqash .
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah kallamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman hidup umat manusia agar bisa selamat di dunia dan di akhirat. Maka dari itu, kita sebagai umat manusia harus bisa memahami isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk bisa memahami isi kandungannya lahirlah ilmu tafsir. Ilmu tafsir menurut beberapa ulama dibagi menjadi empat macam yaitu, tafsir Tahlili, tafsir Ijmali, tafsir Muqaran, dan tafsir Mawdlu’i. Namun, yang akan kita bahas kali ini yaitu tentang tafsir Tahlili. Tafsir Tahlili adalah ilmu tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an secara detail dari mulai ayat demi ayat, surat demi surat ditafsirkan secara berurutan, selain itu juga tafsir ini mengkaji Al-Qur’an dari semua segi dan maknanya. Tafsir ini juga lebih sering digunakan daripada tafsir-tafsir yang lainnya. Beberapa ulama membagi tafsir Tahlili menjadi beberapa macam yaitu, tafsir ma’tsur, tafsir ra’yi, tafsir Shufi, tafsir Fikih, tafsir Falsafi, tafsir Ilmi, dan tafsir Adab Al-Ijtima’i. B. Rumusan Masalah Ø Apa metode tafsir Tahlili itu Ø Apa ciri-ciri dari tafsir Tahlili Ø Contoh tafsir Tahlili Ø Apa kelebihan dan kekurangan tafsir Tahlili C. Tujuan Penulisan ü Memahami definisi dari tafsir Tahlili ü Mengetahui ciri-ciri tafsir Tahlili ü Mengetahui kelebihan dan kekurangan tafsir Tahlili BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Tafsir Tahlili Sebelum kita mendefinisikan tentang metode tafsir Tahlili, ada baiknya kita mendefinisikan pengertian dari metodologi tafsir itu sendiri. Metodologi tafsir adalah suatu pengetahuan mengenai cara yang ditempuh dalam menelaah, membahas, dan merefleksikan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an secara apresiatif berdasarkan kerangka konseptual tertentu sehingga menghasikan suatu karya tafsir yang representatif.[1] Orang yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an disebut mufasir. Metode tafsir oleh para ulama dibagi menjadi empat macam, yaitu Tafsir Tahlily, Tafsir Ijmaly, Tafsir Muqaran, Tafsir Mawdlu’y. Dari beberapa macam metode tafsir di atas, yang kita akan bahas kali ini adalah tentang tafsir Tahlili. Tafsir Tahlili merupakan metode tafsir ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.[2] Selain itu, ada juga yang menyebutkan tafsir tahlili adalah tafsir yng mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dari segala segi dan maknanya. Seorang pengkaji dengan metode ini menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushhaf Utsmany. Untuk itu ia menguraikan kosa kata dan lafadz, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur i’jaz, balaghah dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang diistinbathkan dari ayat, yaitu hukum fikih, dalil syar’i, arti secara bahasa, norma-norma akhlak, aqidah atau tauhid, perintah, larangan, janji, ancaman, haqiqat, majaz, kinayah, dan isti’arah.[3] Di samping itu juga mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan sesudahnya Ali Hasan Arid, 199441[4]. Dengan demikian sebab nuzul ayat atau sebab-sebab turun ayat, Hadits-hadits Rosulloh SAW dan pendapat para sahabat dan tabi’in-tabi’in sangat dibutuhkan. Maka, tafsir tahlili merupakan ilmu tafsr yang menafsirka ayat-ayat Al-Qur’an secara berurutan dari ayat per ayat sesuai urutan pada mushaf utsmani, menjelaskan setiap ayatnya secara detail yang meliputi beberapa hal antara lain, isi kandungan ayatnya, asbab al nuzulnya, dan lain-lain. Metode tafsir Tahlili ini sering dipergunakan oleh kebanyakan ulama pada masa-masa dahulu. Namun, sekarangpun masih digunakan. Para ulama ada yang mengemukakan kesemua hal tersebut di atas dengan panjang lebarithnab, sepeti Al-Alusy, Al-Fakhr Al-Razy, Al-Qurthuby dan Ibn Jarir Al-Thabary. Ada juga yang menemukakan secara singkatijaz, seperti Jalal al-Din Al-Shuyuthy, Jalal al-Din Al-Mahally dan Al-Sayyid Muhammad Farid Wajdi. Ada pula yang mengambil pertengahan musawah, seperti Imam Al-Baydlawy, Syeikh Muhammad Abduh, Al-Naysabury, dll. Semua ulama di atas sekalipun mereka sama-sama menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan metode Tahlili, akan tetapi corak Tahlili masing-masing berbeda.[5] Para ulama telah membagi wujud metode tafsir Tahlili menjadi tujuh macam, yaitu tafsir bil Ma’tsuri, tafsir bir Ra’yi, tafsir Shufi, tafsir Fikih, tafsir Falsafi, tafsir Ilmi, tafsir Adab al-ijtimi’i. 1 Tafsir Tahlili bentuk Ma’tsuri / tafir bi al-Ma’tsuri riwayat Tafsir bil Ma’tsuri yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan ayat-ayat lain, dengan sunnah nabi SAW, dengan pendapat sahabat nabi SAW, dan dengan perkataan tabi’in. Menurut Subhi as-Shalih, bentuk tafsir seperti ini sangat rentan terhadap masuknya pendapat-pendapat di luar islam, seperti kaum zindiq Yahudi, Parsi, dan Parsi, dan masuknya hadits-hadits yang tidak shahihSubhi as Shahih, 2 Tafsir Tahlili Bentuk bir Ra’yi / tafsir bi al-Ra’yi Tafsir bir Ra’yi merupakan cara penafsiran Al-Qur’an dengan dan penalaran dari mufasir itu sendiri. Mufasir dalam metode ini diberi kebebasan dalam berpikir untuk menafsirkan Al-Qur’an. Hal tersebut tentu dibatasi oleh kaidah-kaidah penafsiran Al-Qur’an, agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dalam menafsirkan Al-Qur’an. 3 Tafsir Tahlily Bentuk Shufi Tafsir Shufi mulai berkembang ketika ilmu-ilmu agama dan sains mengalami kemajuan pesat serta kebudayaan Islam tersebar di seliruh pelosok dunia dan mengalami kebangkitan dalam segala seginya. Tafsir ini lebih menekankan pada aspek dan dari sudut esoterik atau isyarat-isyarat yang tersirat dari ayatnoleh para tasauf.[7] Metode bentuk ini dibagi menjadi dua yaitu, teoritis dan praktis.[8] Dalam bentuk teoritis, mufasir menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan mazhabnya dan sesuai dengan ajaran-ajaran mereka. Mereka menta’wilkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan penjelasan yang menyimpang dari pengertian tekstual yang telah dikenal dan didukung oleh dalili Syar’i. Sedangkan dalam bentuk praktis, mufasir menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan berdasarkan isyarat-isyara tersembunyi.[9] 4. Tafsir Tahlili Bentuk Fikih Tafsir Fikih adalah tafsir yang menekankan pada tinjauan hukum dari ayat yang di tafsirkan.[10] Tafsir ini banyak di temukan dalam kitab-kitab fikih yang dikarang oleh imam-imam dari berbagai mazhab yang berbeda.[11] 5. Tafsir Tahlili Bentuk Falsafi Tafsir Falsafi merupakan ilmu tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan filsafat. Pendekat filsafat yang digunakan adalah pendekatan yang berusaha melakukan sintesis dan siskretisasi antara teori-teori filsafat dengan ayat-ayat Al-Qur’an, selain itu juga menggunakan pendekatan yang berusaha menolak teori-teori filsafat yang dianggap bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.[12] 6. Tafsir Tahlili Bentuk Ilmi Tafsir ini mulai muncul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, sehingga tafsir ini dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan almiah atau dengan menggunakan teori-teori ilmu pengetahuan. Dalam tafsir ini mufasir berusaha mengkaji Al-Qur’an dengan dikaitkan dengan gejala atau fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta ini. Namun, yang sangat disayangkan adalah pada tafsir ini terbatas pada ayat-ayat tertentu dan bersifat parsial, terpisah dengan ayat-ayat lain yang berbicara pada masalah yang sama.[13] 7. Tafsir Tahlili Bentuk Adab Al-Ijtima’i Adab Al Ijtima’i Tafsir adalah suatu metode tafsir yang coraknya menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat Al-Qur’an yang brkaitan dengan langsung dengan kehidupan kemasyarakatan, serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit atau masalah-masalah kemasyarakatan berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dengan mengemukakannya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan indah didengarQuraish Shihab, 199773.[14] Jadi, metode tafsir tahlili ini dibagi oleh beberapa ulama menjadi beberapa macam, yaitu tafsir bi al-Ma’tsuri, bi al-Ra’yi, Shufi, Fikih, Falsafi, Ilmi, dan Adab al-Ijtima’i. Semua bentuk tafsir tahlili memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri. Tafsir bi al ma’tsuri adalah tafsir yang penafsirannya dengan menggunakan ayat-ayat lain, riwayah nabi SAW, sahabat, dan tabi’in. Tafsir bi al ra’yi adalah tafsir yang penafsirannya menggunakan metode ijtihad dan penalaran. Tafsir shufi adalah tafsir yang menekankan pada isyarat-isyarat yang terdapat pada ayat yang dikemukakan oleh tasauf. Tafsir fikih adalah tafsir yang menekankan pada tinjauan hukum dari ayat yang ditafsir. Tafsir falsafi adalah tafsir yang menafsirkan Al-Qur’an dengan pendekatan filsafat. Tafsir ilmu adalah tafsir yang menggunakan pendekatan ilmiah atau teori-teori ilmu pengetahuan. Dan yang terakhir tafsir adab al-ijtima’i adalah tafsir yang menjelaskan kepada hubungan dengan kemasyarakatan. B. Ciri-ciri Tafsir Tahlili Metode Tafsir tahlili mamiliki ciri khusus yang membedakannya dari metode tafsir lainnnya, cirri-cari tersebut adalah 1. Mufasir menafsirkan ayat per ayat sesuai dengan urutan dalam mushaf ustmani, yaitu dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri oleh surat An-Nas. 2. Mufasir menjelaskan makna yang terkandung dalam Al-Qur’an secara komprehensif dan menyeluruh, baik makna harfiah setiap kata maupun asbabun nuzulnya. 3. Bahasa yang digunakan metode tahlili tidak sesederhana yang dipakai metode tafsir ijmali. C. Contoh-contoh Tafsir Tahlili Ada cukup banyak contoh tafsir tahlili, antara lain[15] Ø Contoh tafsir tahlili dalam bentuk bi al-ma’tsuri yang menafsirka Al-Qur’an dengan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Rasullullah SAW untuk menjelaskan sebagian kesulitan yang ditemui oleh para sahabat semasa Rasulullah SAW masih hidup. Seperti penafsiran hadits Rasulullah SAW terhadap pengertian الغضو ب عليهم dan الضا لين 17, penjelasan beliau tentang firman Allah الذ ين امنواولم يلبسواايمانهم بظلم 682 dan firman Allah يايهاالذين امنوااتقواالله حق تقاته 3102 dan lain-lain. Ø Contoh yang dalam bentuk shufi, yaitu Al-Alusy berkata tentang isyarat yang diberikan oleh firman Allah 245, sebagai berikut واستعينوابالصبروالصلوة وانها لكبيرةالاعلى الخشعين “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu’”. Bahwa shalat adalah sarana untuk memusatkan dan mengkonsentrasikan hati untuk menangkap tajally penampakan diri Allah dan hal ini sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang luluh dan lunak hatinya untuk menerima cahaya-cahaya dari tajally-tajally Allah yang amat halus dan menangkap kekuasaan-Nya yang perkasa. Merekalah orang-orang yang yakin, bahwa mereka benar-benar berada di hadapan Allah dan hanya kepada-Nyalah mereka kembali, dengan menghancurkan sifat-sifat kemanusiaan mereka fana’ dan meleburkannya ke dalam sifat-sifat Allah baqa’, sehingga mereka tidak menemukan selain eksistensi Allah sebagai Raja yang Maha Halus dan Maha Perkasa. Dari beberapa contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa tafsir tahlili itu menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan bentuknya atau mempunyai karakter itu, masih ada banyak lagi contoh dari tafsir tahlili. Ada cukup banyak contoh kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir ini, antara lain[16] 1 Jami’ al-Bayan fy Tafsir al-Qur’an, karangan Imam Ibn Jarir Al-Thabary 2 Ma’alim al-Tanzil yang dikenal dengan Al-Tafsir al-Manqul, karangan Imam Al-Baghawy 3 Madarik al –Tanzil wa Haqaiq al-Ta’wil, karangan Al-Ustadz Mahmud Al-Nasafy 4 Anwar al-Tanzil wa Asrarnal-Ta’wil, karangan Al-Ustadz Al-Baydlawy 5 Tafsir Al-Qur’an al-Adhim, karangan Imam Al-Tustury 6 Haqaiq al-Tafsir, karangan Al-Allamah Al-Sulamy w. 421 H 7 Ahkam Al-Qur’an, karangan Al-Jasshash w. 370 H 8 Al-Jami’ li Al-Qurthuby w. 671 H 9 Mafatih al-Ghaib, karangan Al-Fakhr Al-Razi w. 606 10 At-Tafsir al-Ilm li al-Kauniyat al-Qur’an al-Karim, karya Hanafi Ahmad 11 Al-Islam Yatahadda, karangan Al-Allamah Wahid al-Din Khan 12 Tafsir al-Manar, karya Rasyid Ridha w. 1345 H 13 Tafsir Al-Qur’an al-Karim, karya Mahmud Salthut Dan masih banyak lagi contoh kitab yang berdasarka atau yang menggunakan metode tafsir tahlili ini. D. Kelebihan dan Kekurangan tafsir Tahlili Semua metode tafsir pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, demikian halnya metode tafsir Tahlili, juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagaimana manusia yang tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Diantara kelebihan dan kekurangan metode Tahlili ini adalah 1. Kelebihan Metode Tafsir Tahlili[17] a Ruang lingkupnya luas. Penafsir dapat menggunakan dua bentuk, bil ma’tsuri atau bir ra’yi. Yang bir ra’yi juga bisa menggunakan corak sesuai dengan kecenderungan dan kehlian penafsir, yang ahli bahasa bisa menekankan pada aspek kebahasaannya, yang ahli qiraat bisa menekankan pada aspek qiraatnya, demikian juga ahli filsafat, tasawuf fan lain-lain. b Memuat berbagai ide. Tafsir tahlili memberikankesenpatan seluas-luasnya bagi mufasir untuk menuangkan berbagai ide dan gagasannya dalam menafsirkan Al-Qur’an. Dengan dibukanya pintu selebar-lebarnya bagi mufasir untuk mengemukakan pemikirannya dalam menafsirkan Al-Qur’an, maka lahirlah berbagai kitab tafsir yang berjilid-jilid seperti tafsir at-Thabari 15 jilid, tafsir ruh al-ma’ani 16 jilid tafsir Fakhr ar-Razi 17 jilid al-Maraghi 10 jilid dan lain-lain. c Metode tahlili adalah merupakan metode tertua dalam sejarah penafsiran Al-Quran, karena metode ini telah digunakan sejak masa Nabi Muhammad SAW. d Ayat-ayat al-Qur’an yang kita lihat sekarang urut-urutannya sesuai dengan mushaf yang ternyata mempunyai hubungan atau kaitan munasabah yang erat sekali. Selain itu alur ceritanya pas atau nyambung walaupun beda ayat. Dalam hal ini justru penafsiran satu surat penuh akan menampilkan jalan cerita yang komplit dan berurutan.[18] 2. Kekurangan Metode Tafsir Tahlili[19] a Menjadikan petunjuk Al-Qur’an parsial. Seperti halnya metode global, metode tahlili juga membuat petunjuk Al-Qur’an bersifat parsial atau terpecah-pecah. Sehingga terasa seakan-akan Al-Qur’an memberikan pedoman secara tidak komprehensif dan tidak konsisten karena penafsiran yang diberikan pada satu ayat berbeda dari penafsiran yang diberikan pada ayat-ayat lain yang sama dengannya. Terjadinya perbedaan tersebut terutama disebabkan oleh kurang diperhatikannya ayat-ayat lain yang mirip atau sama dengannya. b Menghasilkan penafsiran yang subjektif. Sebagaimana telah diterangkan di atas, bahwa tafsir tahlili telah memberikan peluang yang luas kepada mufasir untuk mengemukakan ide-ide dan pemikirannya. Sehingga terkadang mufasir tidak sadar bahwa ia telah menafsirkan ayat Al-Qur’an secara subjektif, dan tidak mustahil juga ada diantara mereka yang menafsirkan Al-Qur’an sesuai dengan hawa nafsunya tanpa mengindahkan kaedah-kaedah dan norma-norma yang berlaku. Hal tersebut dapat terjadi juga karena berawal dari fanatisme mazhab yang terlalu mendalam. c Masuknya pemikiran isra’iliyat. Dikarenakan tidak adanya pembatasan bagi para mufasir untuk menuangkan pemikirannya maka berbagai pemikiran dapat masuk kedalamnya tidak terkecuali pemikiran isra’iliyat. Sepintas lalu sebenarnya kisah-kisah isra’iliyat tidak ada persoalan, selama tidak dikaitkan dengan pemahaman Al-Qur’an. Tetapi bila dihubungkan dengan pemahaman kitab suci, timbul problem karena akan terbentuk opini bahwa apa yang dikisahkan di dalam cerita ini merupakan maksud dari firman Allah SWT, padahal belum tentu cocok dengan apa yang dimaksudkan Allah dalam firman-Nya tersebut. Isra’iliyat adalh segala sesuatu yang bersumber dari kebudayaan yahudi atau nasrani, baik yang termaktub di dalam kitab Taurat, Injil dan penafsiran-panafsirannya maupun pendapat orang-orang yahudi atau nasrani mengenai ajaran agama mereka.[20] BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tafsir Tahlili merupakan suatu metode tafsir Al-Qur’an yang cara penafsirannya dilakukan secara detail dari setiap ayat-ayat yang ditafsir. Aspek yang dibahas dalam metode tafsir tahlili, yaitu kosa kata, lafadz, arti yang dikehendaki, dan sasaran yang dituju dari kandungan ayat yang ditafsir, yaitu unsur ijaz, balaghah, dan keindahan kalimat. Aspek pembahasan makna dari ayat yang ditafsir, meliputi hukum fikih, dalil syar’i, norma-norma akhlak, akidah atau tauhid, perintah, larangan, janji, ancaman, dan lain-lain. Selain itu juga mengemukakan tentang kaitan ayat-ayat dan relevansinya dengan surat sebelum dan sesudahnya. Metode ini telah dibagi oleh beberapa ulama menjadi beberapa macam yaitu, tafsir ma’tsur, tafsir ra’i, tafsir Shufi, tafsir Fikih, tafsir Falsafi, tafsir Ilmi, dan tafsir Adab Al-Ijtima’i. Semua bentuk atau corak dari metode tafsir tahlili di atas memiliki karakter tersendiri, namun metode penafsirannya sama yaitu dengan menggunakan metode tafsir tahlili. Ciri-ciri dari metode tafsir tahlili, antara lain 1 Mufasir menafsirkannya ayat per ayat secara berurutan sesuai dengan urutan pada mushaf ustmani. 2 Mufasir menjelaskan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an secara konfrehensif dan menyeluruh. 3 Tafsir ini dijelaskan secara pahjang lebar. Ada banyak contoh dari metode tafsir tahlili ini, baik itu contoh ayat yang ditafsirkan dengan menggunakan metode tafsir tahlili maupun contoh kitab, atau mufasir yang menggunakan metode tafsir tahlili dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Adapun contoh dari kitab yang menggunakan tafsir tahlili, yaitu kitab Jami’ al-Bayan fy Tafsir al-Qur’an, karangan Imam Ibn Jarir Al-Thabary, Ma’alim al-Tanzil yang dikenal dengan Al-Tafsir al-Manqul, karangan Imam Al-Baghawy, dan masih ada banyak lagi contoh-contoh yang lain. Selain itu semua, metode tafsif tahlili ini juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari tafsir ini antara lain, ruang lingkupnya luas, memuat berbagai ide, metode tahlili adalah merupakan metode tertua dalam sejarah penafsiran Al-Quran, ayat-ayat al-Qur’an yang kita lihat sekarang urut-urutannya sesuai dengan mushaf, dan masih banyak lagi kelebihan dari tafsir ini. Selain kelebihan, adapun kelemahannya, yaitu Al-Qur’an sebagai petunjuk terlihat menjadi parsial, menghasilkan penafsiran yang subyektif, masuknya pemikiran isra’iliat, dan lain-lain. Demikianlah makalah dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan tentunya bagi penulis itu sendiri. Kritikan dan saran akan kami tunggu demi bertambah baiknya makalah ini. DAFTAR PUSTAKA a Kholis, Nur, Pengantar Al-Qur’an dan Hadits, Yogyakarta Sukses Offset, 2008. b Baidan, Nashruddin, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, YogyakartaGlaguh UH W/343, 1998. c Al-Aridl,Ali Hasan, Sejarah dan Metodologi Tafsir, Jakarta PT Raya Grafindo Persada, 1994. d IAIN SYARIF HIDAYATULLAH, Pengembangan dan Pengajaran Tafsir di Perguruan Tinggi Agama, Jakarta, 1992. e Suryadilaga, M. Al Fatih, dkk, Metodologi Ilmu Tafsir , Yogyakarta TERAS, 2005. f Nasution, Khoiruddin, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta ACAdeMIA + TAZZAFA, 2009. g Shihab, M. Quraish, Metode Penyusunan Tafsir yang Berorientasi pada Sastra, Budaya, dan Kemasyarakatan [Makalah], Ujung Padang IAIN Alaudin, 1984. [1] M. Alfatih Suryadilaga,dkk, Metodolodi Ilmu Tafsir, Yogyakarata TERAS, 2005, [2] Nashruddin Ba’idan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta Glaguh UHIV, [3] Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan MetodologiTafsir, Jakarta PT Raja Grafindo Persada,1994 , hlm. 41 [4] Nur Kholis, Pengantar Al-Qur’an dan Hadis, Yogyakarta Sukses offset, 2008, [5]Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan MetodologiTafsir, Jakarta PT Raja Grafindo Persada,1994 , [6] Nur Kholis, Pengantar Al-Qur’an dan Hadis, Yogyakarta Sukses offset, 2008, [7] Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta ACAdeMIA+TAZZAFA,2009, [8] Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan MetodologiTafsir, Jakarta PT Raja Grafindo Persada,1994 , [9] Ibid., [10] Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta ACAdeMIA+TAZZAFA,2009, [11] Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan MetodologiTafsir, Jakarta PT Raja Grafindo Persada,1994 , [12] Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta ACAdeMIA+TAZZAFA,2009, [13] Nur Kholis, Pengantar Al-Qur’an dan Hadis, Yogyakarta Sukses offset, 2008, [14] Ibid., [15] Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan MetodologiTafsir, Jakarta PT Raja Grafindo Persada,1994 , hlm. 43-70 [16] Ali Hasan Al-Aridl, Sejarah dan MetodologiTafsir, Jakarta PT Raja Grafindo Persada,1994 , [17] Nashruddin Ba’idan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta Glaguh UHIV, [18] IAIN SYARIF HIDAYATULLAH, Pengembangan dan Pengajaran Tafsir di Perguruan Tinggi Agama, Jakarta, 1992, hlm. 36 [19] Nur Kholis, Pengantar Al-Qur’an dan Hadis, Yogyakarta Sukses offset, 2008, hlm. 152-154 [20] M. Quraish Shihab, Metode Penyusunan Tafsir yang Berorientasi pada Sastra, Budaya, dan Kemasyarakatan [Makalah], Ujung Padang IAIN Alaudin, 1984,
Orangorang munafik itu mempunyai ciri lahir dan ciri batin.Sedang yang kedua, ciri batin, tampak pada sedikitnya berzikir kepada Allah. tafsir Surat Al-Mu'minun Ayat 10 Mereka yang memiliki ciri - ciri seperti itu akan memperoleh semua kebaikan dan akan menerimanya di hari
Tafsir berupaya menjelaskan maksud Tuhan, sesuai kemampuan manusia, dengan dasar bimbingan Nabi Muhammad dan bantuan ilmu terkait. makalah ini menjelaskan; bagaimana metodologi tafsir yang digunakan oleh mufassir, bagaimana corak yang digunakannya, bagaimana analisis atas metodologi tafsir yang digunakan oleh mufassir, dan bagaimana analisis atas karya tafsir yang terkemuka. Tafsir seeks to explain the purpose of God , according to the ability of human beings, on the basis of the guidance of the Prophet Muhammad and assistance related sciences . This paper describes ; How interpretation methodology used by Mufassir , how to twist it uses, how the analysis of the methodology used by mufassir interpreted , and how the analysis of the work of leading mufassir.
- О ጎδաхатв
- Ցωхрαኃι ፍядукաρε еፊխթኄ
- Ζеቷ θպ ዋզа
- Якօмоςиկዥւ и
- Агл ሦβ ажιρըз զኸн
- ቬпрап хуյαդэζևчу
- ጄа мօ оτобыгዌηոς ихιдо
- Акէслեтвюш ացеሡер եկ
- ኝч ኼх χи
.